CIMAHI, (PERAKNEW).- Pandemi Covid-19 yang menyambangi Indonesia sejak tahun 2019 lalu memberikan dampak besar bagi perekonomian. Salah satunya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Cimahi banyak yang gulung tikar, karena tak mampu bertahan menjalankan usahanya ditengan aktivitas rakyat yang selalu dibatasi.
Berdasarkan data Dinas Perdagangan UMKM Koperasi dan Perindustrian (Disgakoperind) Kota Cimahi, tercatat ada sekitar 30% dari total sekitar 44.000 pelaku UMKM yang gulung tikar sepanjang 2020, “Kalau yang terdampak cukup banyak. Tapi kalau gulung tikar ada sekitar 30%” ungkap Kepala Bidang UMKM dan Koperasi pada Disgakoperind Kota Cimahi, Rina Mulyani, belum lama ini.
Secara keseluruhan, kata Rina, semua pelaku UMKM di Kota Cimahi sangat terdampak dengan
kedatangan virus corona. Khususnya pelaku usaha yang bergerak di sektor makanan, fashion dan craft.
Berdasarkan hasil survei Disgakoperind sepanjang 2020, tercatat sebesar 40% UKM yang mengalami penurunan usaha, penurunan omzet rata-rata 53%, penurunan kapasitas produksi rata-rata 44% dan penurunan tenaga kerja rata-rata 23%, “Apalagi pas awal-awal Covid-19 muncul, 99,09% penjualan menurun, 36,6% produksi terhambat, 51,2% terhambat permodalan, 34% distribusi terhambat, 35,6% sulitnya bahan baku,” beber Rina.
Dikatakan Rina, hanya UMKM yang memiliki inovasi yang bertahan di tengah gempuran pandemi Covid-19 ini. Dari mulai inovasi produk dan pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi pandemi, “Tapi yang gak bisa berinovasi pasti akan tersisihkan. Kalau di Cimahi ada yang alih produksi, kemudian memaksimalkan digitalisasi sehingga mereka bertahan,” sebut Rina.
Dirinya mengklaim, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 ini. Seperti pelatihan usaha hingga penyediaan marketplace. (Harold)